Rabu, 23 Mei 2012

TUGAS MANDIRI MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH

MEDIA PEMBELAJARAN

DOSEN PENGASUH

Dr. INDRATI KUSUMANINGRUM, M.Pd

TENGKU RAFITA YENNI

NIM 1109884

TP.A / SEMESTER 2

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG TP.2011/2012


 BAB I
1.Teori Pembelajaran.
Teori adalah sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik dan yang digunakan untuk
memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati (Snelbecker, 1974 dalam Dahar, 1988: 5). Proposisi yang terintegrasi secara sintaktik, artinya, kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi lainnya dan juga pada data yang diamati. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, proposisi berarti rancangan usulan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 899). Dengan demikian proposisi dalam kaitannya dengan teori, berarti rancangan gagasan untuk memprediksi dan mejelaskan fenomena-fenomena. Salah satu fenomena itu adalah belajar dan pembelajaran yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecendrungan perilaku (De Cecco & Crawford, 1977 dalam Ali, 2000: 14). Perubahan perilaku tersebut mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya yang dapat maupun tidak dapat diamati . Perilaku yang dapat diamati disebut penampilan (behavioral performance) sedangkan yang tidak dapat diamati disebut kecendrungan perilaku (behavioral tendency). Penampilan yang dimaksud dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan, dan melakukan sesuatu perbuatan. Terdapat perbedaan yang mendasar antara perilaku hasil belajar dengan yang terjadi secara kebetulan. Seseorang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tidak dapat mengulangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan seseorang dapat melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukkannya secara berulang-ulang dengan hasil yang sama. Gagne (1977) seperti yang dikutip Miarso (2004), berpendapat bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal dilingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).
Proses belajar dalam konteks pendidikan formal, merupakan proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh pebelajar pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan atau disajikan di sekolah, baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas (Soedijarto, 1993: 94). Proses belajar yang berkulitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu direncanakan. Belajar merupakan kegiatan aktif pebelajar dalam membangun makna atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan kepada pebelajar dalam membangun gagasan (Depdiknas, 2002). Oleh karena itu diperlukan penciptaan lingkungan yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab pebelajar untuk belajar sepanjang hayat. Pembelajaran yang melibatkan seluruh indera akan lebih bermakna dibandingkan dengan satu indera saja. (Dryden, G. dan Jeannette V., 2002: 195). Hal ini akan memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja.
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks, dimana melibatkan setiap kata, pikiran, tindakan, dan juga asosiasi. Lozanov (1978), mengatakan bahwa sampai sejauh mana seorang guru mampu mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajarannya, maka sejauh itu pula proses belajar mengajar itu berlangsung (DePorter, B., 2002: 3). Ini berarti, dalam pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan perhatian pebelajar ke dalam nuansa proses belajar seumur hidup dan tak terlupakan. Hal ini, sesuai dengan empat pilar pendidikan seumur hidup, seperti yang ditetapkan UNESCO, yaitu 1) to learn to know (belajar untuk berpengetahuan), 2) to learn to do (belajar untuk berbuat), 3) to learn to live together (belajar untuk dapat hidup bersama), dan 4) to learn to be (belajar untuk jati diri) (Sadia, 2006). Untuk itu diperlukan membangun ikatan emosianal dengan pebelajar, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan ancaman. Hal ini merupakan faktor yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik. Studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, dan ramah. Dengan kondisi seperti itu, siswa lebih sering ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran (Walberg, 1997 dalam DePorter, B., 2002: 23). Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam terhadap fenomena belajar dan pembelajaran, sehingga dalam implementasinya dapat lebih efektif dan efesien.
Ada perbedaan yang prinsip antara teori belajar dengan teori pembelajaran. Teori belajar adalah deskriptif, karena tujuan utamanya memeriksa proses belajar. Sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif, karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal (Bruner dalam Degeng, 1989 dalam Budiningsih, 2005: 11). Teori belajar lebih fokus kepada bagaimana peserta didik belajar, sehingga berhubungan dengan variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Dalam teori belajar, kondisi dan metode pembelajaran merupakan variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Dengan demikian, dalam pengembangan teori belajar, variabel yang diamati adalah hasil belajar sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi. Hubungan antara variabel-variebel pembelajaran pada teori belajar, disajikan pada diagram berikut:
                                                                Kondisi
                                                             Pembelajaran

                                                         Metode Pembelajara              

                                                          Hasil Pembelajaran


Dalam pengembangan teori belajar, hasil yang diamati adalah hasil pembelajaran nyata (actual outcomes) dalam pengertian probabilistik, yaitu hasil pembelajaran yang mungkin muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil pembelajaran yang dinginkan. Oleh karena teori belajar adalah deskriptif, maka menggunakan struktur logis “Jika …., maka …..” (Landa dalam Degeng, 1990 dalam Budiningsih, 2005: 13). Sebagai contoh, ”Jika materi pelajaran (ini suatu kondisi) diorganisasi dengan menggunakan model elaborasi (ini suatu metode) maka perolehan belajar dan retensi (ini suatu hasil) akan meningkat”. Dalam  proposisi teori belajar tersebut, model pengorganisasian pembelajaran (model elaborasi) ditetapkan sebagai perlakuan, di bawah kondisi karakteristik isi pelajaran, untuk memerikan perubahan unjuk kerja (actual outcomes), berupa peningkatan perolehan belajar dan retensi. Dengan demikian teori belajar menyatakan bahwa, apa yang terjadi secara psikologis bila suatu tindakan belajar dilakukan oleh seseorang.
Pada teori pembelajaran, fokus diarahkan kepada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Oleh karena itu teori pembelajaran berhubungan dengan upaya mengontrol variable-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat mudah belajar. Dalam hal ini, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai givens, dan metode yang optimal ditetapkan sebagai variabel yang diamati. Jadi, kondisi dan hasil pembelajaran sebagai variabel bebas, sedangkan metode pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Teori pembelajaran adalah goal oriented, artinya, teori pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai tujuan (Reigeluth, 1983; Degeng, 1990 dalam Budiningsih, 2005: 12). Oleh karena itu, variabel yang diamati dalam teori pembelajaran adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan. Teori belajar dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu teori sebelum abad ke-20 dan teori belajar abad ke-20. Yang termasuk teori belajar sebelum abad ke-20, yaitu teori disiplin mental, teori pengembangan alamiah, dan teori apersepsi. Teori belajar sebelum abad ke-20 dikembangkan berdasarkan pemikiran filosofis atau spekulatif, tanpa dilandasi eksperimen.
Sedangkan teori belajar abad ke-20, dibagi menjadi dua macam, yaitu teori belajar perilaku (behavioristik) dan teori belajar Gestalt-field. Teori belajar perilaku (behavioristik), berlandaskan kepada stimulus-respons sedangkan teori belajar Gestalt-field, berlandaskan kepada segi kognitif (Ali, 2000: 20). Beberapa teori belajar perilaku (behavioristik), diantaranya Teori Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov dan didukung oleh John B Watson, Teori Law Of Effect oleh Edward Lee Thorndike dengan pendukungnya Clark Hull, serta Teori Operant Conditioning oleh Skiner (Dahar, 1989: 39). Sedangkan teori belajar Gestalt-field (teori belajar kognitif), meliputi teori belajar bermakna oleh Ausubel, teori belajar pemahaman konsep oleh Jerome Bruner, teori Webteaching oleh Norman, teori Hirarki belajar oleh Gagne, dan teori perkembangan oleh Piaget. Teori Piaget biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.  Teori belajar Piaget berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.  Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan teori Piaget sangat berkaitan dengan teori belajar konstruktivistik (Ruseffendi, 1988 dalam Hamzah, 2001). Pernyataan ini didukung oleh Sadia (2006), yang mengemukakan bahwa pandangan konstruktivisme berakar pada teori struktur genetik Piaget. Berdasarkan teori perkembangan kognitif yang dikembangkannya, Piaget juga dikenal sebagai konstruktivis pertama. (Penulis: Guru Kimia pada SMAN 2 Busungbiu, Buleleng, Bali).
2.Teori Media
 Tinjauan tentang media pembelajarana. Landasan teori media pembelajaranKata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk  jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara ataupengantar.
 Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirimke penerima pesan. Menurut Sanaky (2009:4), bahwa mediapembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagaiperantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitasdan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.Selanjutnya, Notoamodjo (2003:71), mengatakan bahwa mediapembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalammenyampaikan bahan pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebutalat peraga, karena berfungsi membantu dan memperagakan sesuatudalam proses pembelajaran.Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Edgar Dale yangdikutip oleh Basuki Wibawa (1993:16) tentang pengaruh metodepembelajaran terhadap pengalaman belajar seseorang. Edgar Dalemengemukakan bahwa pengalaman langsung diperlukan untuk membantu siswa belajar memahami, mengingat, dan menerapkanberbagai simbol abstrak. Kegiatan belajar akan terasa lebih mudah bilamenggunakan materi yang terasa bermakna bagi siswa ataupunmempunyai relevansi dengan pengalamannya.
 

Gambar 3. Kerucut Pengalaman
Edgar Dale
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mediapembelajaran suatu alat atau objek yang digunakan sebagai alat bantudalam menjelaskan proses mesin, cara kerja suatu alat. Mediapembelajaran dapat memberi pengetahuan yang lebih mendalamkepada peserta didik.b. Fungsi dan manfaat media pembelajaranDalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amatpenting adalah: metode mengajar dan media pengajaran/pembelajaran,kedua aspek ini selalu berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajartertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai,meskipun masih ada aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilihmedia, yakni tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yangdiharapkan dari peserta didik kuasai setelah pengajaran berlangsungdan konteks pembelajaran termasuk karakteristik peserta didik.






                                                                 
                                                          
BAB II

A. KONDISI LAPANGAN
Mata pelajaran Matematika Bahas berdasarkan image siswa dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan siswa, ini disebabkan karena siswa menganggapnya pelajaran ini sangat sulit. Namun kendati demikian tugas kitalah sebagai guru hendaknya menghilangkan image tersebut, agar siswa menjadi tertarik belajar Matematika.
Oleh karena itu maka diperlukan adanya perencanaan pembelajaran yang efektif. Salah satu model yang ditawarkan sebagai langkah-langkah dalam proses perencanaan adalah model ASSURE. Berikut ini adalah uraian tentang satu topik pembelajaran Matematika dengan menggunakan model ASSURE.
B. APLIKASI MODEL ASSURE
A    : ANALYZE LEANER (Menganalisis Peserta Didik)
Sebelum melaksanakan sebuah pembelajaran menganalisis karakteristik siswa adalah hal yang wajib dilakukan. Dalam hal ini menurut Smaldino, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Karakteristik Umum
Agar dapat benar-benar memenuhi kebutuhan individu siswa, kita mesti benar-benar paham karakter umum siswa yang mempengaruhi proses belajar mereka. Karakter ini berkisar dari variabel-variabel yang konstan, seperti jenis kelamin dan etnis, sampai dengan variabel yang beragam secara reguler, seperti sikap dan minat. Siswa yang saya ajar kelas IV SD yang berumur antara 9-10 tahun dan sedang dalam masa operasi kongkrit.
1.    Spesifikasi Kemampuan Awal
Pelajaran Matematika adalah pelajaran yang telah mereka terima dari sekolah taman kanak-kanak dan dikelas 1 sampai kelas 3,pada umumnya mereka telah mempunyai  pengetahuan awal mereka mengenai mata pelajaran ini. Untuk mengetahui kemampuan awal mereka sebelum pelajaran dilanjutkan, pada pertemuan pertama biasanya diadakan entry test dari hasil ini dapat dijadikan acuan tentang hal-hal apa yang perlu dan tidak perlu lagi disampaikan kepada siswa.mengadakan refleksi terhadap siswa sehingga dapat mengetahui kemampuan kognitif si pebelajar. Maka dengan hal ini tentu saja pembelajaran dapat dilanjutkan untuk menerangkan materi-materi lanjutan dari pengetahuan awal yang telah mereka punyai.
2.    Gaya Belajar
Untuk kelas besar yaitu berkisar lebih kurang 38 orang, tentulah mempunyai gaya belajar yang beragam, ada siswa yang suka gaya belajar visual, aduio dan gaya belajar kinestetik. Oleh sebab itu variasi dan kreatifitas guru dalam pembelajaran sangat diperlukan.
S    : STATE OBJECTIVES ( Merumuskan Tujuan Pembelajaran)
Perumusan tujuan berkaitan dengan apa yang ingin dicapai, dalam hal ini dapat dibuat suatu rencana pembelajaran (RPP). Materi pelajaran kelas IV semester 2 adalah “ Mengenal bangun ruang dan bangun datar sederhana”.
S    : SELECT METHODS, MEDIA AND MATERIAL (Memilih metode, media dan bahan ajar)
Memilih strategi; dalam pembelajaran ini strategi yang dipilih adalah pendekatan  Kontekstual dimana dengan hal ini mereka dapat memahami secara kongkrit tentang bangun ruang sederhana dan bangun datar sedrhana. Strategi belajar kelompok biasa dilakukan, dengan strategi siswa dapat bertukar pikiran dengan teman sebaya, dan dengan strategi ini dapat mengasah kemampuan jiwa sosial mereka dan bekerja sama dalam kelompok.
Memilih teknologi dan media; setelah melihat kondisi lapangan dan kelebihan kekurangan dari media, maka dipilih media gambar dan pemodelan. Hal ini juga sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu memaksimalkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang akan disampaikan oleh guru.
Memilih, memodifikasi atau merancang bahan ajar; dalam merancang bahan ajar diperlukan kreatifitas guru sehingga materi tersebut sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswa. Dalam hal ini saya merancang bahan ajar dengan mengumpulkan materi dari berbagai sumber (buku teks, internet, dll).

U    : UTILIZE MEDIA AND MATERIALS (Memanfaatkan media dan bahan ajar)
    Ada lima langkah yang dilakukan dalam memanfaatkan media pembelajaran;
1.    Tinjaulah Teknologi, Media, dan Bahan Ajar
    Teknologi, media dan bahan ajar yang akan disampaikan mengenai materi Revitalisasi pendidikan nasional dalam era global, sesuai dengan kebutuhan siswa. Mereka adalah generasi bangsa yang harus tanggap dengan perubahan dan bekerja dengan penuh semangat. yang akan mengahadapi era digital. Jadi tujan pembelajarannya mereka mempunyai IQ, EQ dan SQ yang tinggi, sehingga mereka bisa menjadi penerus bangsa.
    Media software powerpoint merupakan salah satu metode dalam memodifikasi bahan ajar, dengan menggunakan gambar, warna yang menarik mereka jadi tertarik untuk belajar.
2.    Siapkan Teknologi, Media, dan Bahan Ajar
Setelah media yang akan digunkan dipilih, tugas selanjutnya adalah merancang atau mempersiapkan media tersebut. Berikut adalah tahapan dalam perancangan media software presentasi;
Tahap Perencanaan atau persiapan
Setelah ditentukan bahwa yang akan diperesentasikan mengenai materi pelajaran, “ Manfaat Internet dalam kehidupan sehari-hari” maka selanjutnya mempersiapkan bahan pendukung seperti gambar, animasi ataupun hal lain.
Tahap Pelaksanaan
a.    Membuka aplikasi Microsoft PowerPoint pada komputer.
b.    Memilih template atau background dalam pembuatan slide-slide.
c.    Mulai menuliskan materi, namun diingat bahwa slide yang dibuat harus runtut.
d.    Memilih warna background dan warna tulisan yang tepat, sehingga dalam penyampaian slide yang ditampilkan terlihat jelas.
e.    Menggunakan efek animasi yang serasi dan indah, sehingga pembelajaran jadi menarik.
f.    Mengecek ulang apakah ada kesalahan letak atau pemberian efek animasi yang tidak sesuai.

Tahap akhir
Setelah membuat slide presentasi maka hasil akhirnya dapat dilihat dengan menggunkan slide show yang merupakan hasil keselurahan presentasi. Dalam pembelajaran dikelas nantinya akan diproyeksikan kelayar dengan menggunakan LCD Proyektor.
3.    Siapkan Lingkungan
Menyiapkan lingkungan merupakan hal penting dilakukan, karena secanggih apapun media yang digunakan namun lingkungan tidak mendukung maka tetap saja media tersebut tidak efektif digunakan.
Menggunakan software presentasi berarti lingkungan yang dipersiapkan adalah; ketersediaan listrik, pencahayaan ruangan, kebersihan layar proyektor yang akan digunakan nantinya dalam memproyeksikan menggunakan LCD Proyektor, dan faktor lain seperti suara dari luar ruangan yang akan menganggu proses pembelajaran apalagi jika presentasi menggunakan efek suara. Oleh sebab itu kondisi lingkungan merupakan hal yang penting untuk disiapkan
4.    Siapkan Siswa
Kesiapan siswa tentulah hal yang sangat harus diperhatikan, karena dengan keadaan siswa yang siap maka pembelajaran dapat dilakukan dengan efektif dan tujuan pembelajaran tercapai. Dalam hal ini siswa perlu diberitahu bahwa dalam pembelajaran mereka akan menggunakan software presentasi, diharapkan mereka siap dan dapat mengatur tempat duduknya, sehingga presentasi dapat terlihat jelas oleh mereka.
5.    Berikan Pengalaman Belajar
Setelah semua disiapkan maka langkah terakhir adalah menyampaikan materi atau memberikan pengalaman belajar. Karena strategi yang dipilih adalahpendekatan kontekstual dan belajar kelompok keterlibatan aktif dari siswa adalah hal yang diperlukan.
R    :REQUIRE LEARNER PARTICIPATION (Mengembangkan peran peserta didik)
    Dalam mengaktifkan pebelajar di proses pembelajaran tentulah memerlukan sentuhan psikologis. Pada mata pelajaran Matematika ini teori belajar yang digunakan adalah pendekatan konstruktivisme dan CTL. Dimana dengan pendekatan konstruktivis siswa dapat mengkonstruk sendiri materi yang dipelajari, sehingga dapat bertahan lama dikepala mereka. 
E    : EVALUATE AND REVIEW (Menilai dan Memperbaiki)
    Hal terakhir yang dilakukan dalam proses pembelajaran adalah mengevaluasi serta merevisi pembelajaran yang diadakan, baik dari ketercapaian materi dilihat dari pencapaian siswa maupun dari keefektifan penggunaan media.
    Mengukur pencapaian siswa biasanya dilakukan dengan menggunakan test atau ujian, berupa soal soal latihan yang dikerjakan secara individu.
    Dalam mengevaluasi keefektifan media berarti dapat menggunakan diskusi atau interview dengan siswa apakah mereka merasa puas dan tersampaikan apa yang mereka harapkan dengan media ini?. Dari tanggapan mereka maka akan dapat ditarik kesimpulan apakah media ini perlu dimodifikasi atau diperbaiki sehingga materi benar-benar tersampaikan. Mempertontonkan sebuah video kepada siswa dapat memberikan pengalaman tertentu dan menghadirkan sesuatu untuk didiskusikan oleh siswa. Diskusi di akhir pembelajaran dapat menjadi ajang Tanya jawab untuk memastikan siswa memahami apa yang dimaksudkan oleh guru. Selain itu, diskusi juga bisa berfungsi sebagai alat evaluasi pengajaran. Meskipun strategi ini sesuai untuk semua umur, tetapi umur siswa perlu dipertimbangkan sebelum mengajak mereka berpartisipasi ke dalam diskusi.






                                                               BAB III
                            RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata pelajaran          :Matematika
Kelas/Semester         :IV/II
Materi                         :Bangun ruang
Alokasi waktu            :2 jam pelajaran (I  x   pertemuan)
Standar kompetensi:Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar
Kompetensi Dasar    :Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana
Indikator                     :*Mengenal bangun ruang balok dan kubus
                                      :*Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang balok dan kubus

                                     :  * Menggambar bangun sesuai sifat-sifat bangun ruang.
I.Tujuan Pembelajaran
1.Melalui pengamatan model bangun ruang balok dan kubus,siswa dapat mengenal 3 bagian dari balok dan kubus.
2.Melalui pengamatan model bangun ruang balok dan kubus,siswa dapat menyebutkan sifat-sifat balok dan kubus.
3.Melalui pengamatan dan penjelasan guru siswa dapat menggambarkan model bangun ruang balok dan kubus dengan benar.
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin,Rasa hormat,Tekun,dan Tanggung jawab.
Materi Ajar
Sifat-safat bangun ruang sederhana.
Metoda pembelajaran :Ekspositori, kooperatif,tanya jawab dan latihan
II.Kegiatan Pembelajaran
a.Kegiatan awal (5 menit)
-Salam
-Doa
-Apersepsi  ;   “Anak –anak,ada banyak benda disekitar kita berbentuk pola,salah satunya penghapus papan tulis,penghapus papan tulis ini termasuk bangun ruang balok,ayo apalagi benda disekitar kita yang termasuk bangun ruang balok?”
-Menyampaikan tujuan pembelajaran.
“Nah, anak-anak hari ini kita akan mempelajari tentang sifat-sifat bangun ruang balok dan kubus.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b.Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi siswa dapat menentukan sifat-sifat bangun ruang.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,siswa :
*Melakukan Pengamatan
*Demontrasi menggambar bangunruang balok dan kubus
*Tanya jawab
*Memperlihatkan model bangun ruang balok dan kubus.Sambil bertanya jawab tentang contoh  benda-benda yang termasuk model balok dan kubus.
*Mendengarkan penjelasan guru dengan media gambar tentang sifat –sifat bangun ruang balok dan kubus.
*Bertanya jawab tentang sifat –sifat bangun ruang balok dan kubus.
*Mengerjakan LKS secara berkelompok.
*Setiap kelompok mengerjakan LKS dengan mengamati pada media model bangun ruang balok dan kubus.
*Mendiskusikan hasil kerja kelompok.
Konfirmasi
*Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
*Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman
c.Kegiatan Akhir
-Menyimpulkan materi pelajaran
-Evaluasi
III.Sumber /Alat bantu
1.Sumber
  a.Buku Matematika Kelas IV SD
  b.LKS
2.Alat
  Infokus  (power point)
IV.Penilaian
1.Prosedur Kognitif
   Teknik     :  tertulis dan lisan
   Bentuk    :  Pilihan ganda dan isian singkat.
2.Penilaian Afektif
   Bentuk     :    lembar pengamatan siswa.
Istrumen Penilaian
Contoh Instrumen.
1.  Permainan ular tangga menggunakan “dadu” yang bentuknya .  .   . . . .
a.balok             b. kubus           c.prisma             d.limas
2.     Penghapus papan tulis berbentuk    .   .   .   .
    a.balok            b.kubus             c.prisma           d.limas
3.Bidang sisi pada balok terdiri dari   . . . .
a.4            b.5        c.6        d.7
4.Banyak titik sudut pada kubus adalah . . . ..
a.10       b.8       c.9      d.12
5.Buatlah masing –masing 1 buah gambar bangun ruang balok dan satu buah gambar bangun ruang kubus!
Format kriteria penilaian
Produk (hasil diskusi)
No
    Aspek
       Kriteria
         Skor
  1.
     
  Konsep
  *semua benar
  *sebagian besar benar
  *sebagian kecil benar
  *semua salah
     4
     3
     2
     1


Permormansi
No
        Aspek
         Kriteria    
      Skor
  1.



   2.
 Pengetahuan



  Sikap
  *Pengetahuan
  *kadang-kadang penetahuan
  *tidak pengetahuan

  *Sikap
  *kadang-kadang sikap
  *tidak sikap
     4
     2
     1

     4
     2
     1

Lembar penilaian
No
 Nama siswa
Performen
Performan
Produk
Jumlah skor/nilai


Pengetahuan
Sikap


1.
2.
3.
4.
5.

















V.Lampiran
1.Ringkasan materi
2.LKS (Lembar Kerja Siswa)
3.Kunci jawaban soal
Lampiran 1.   Ringkasan Materi

.balok
permukaan balok tidak sama besar sisi balok ada enam


.kubus
kubus mirip dengan balok perbedaannya pada sisinya semua sisi kubus sama besar banyak sisi kubus ada enam banyak benda yang berbentuk kubus
    

Lampiran 2.  Lembar Kerja Siswa (LKS)

1. macam-macam benda ......
     


2. macam-macam benda ......


     

3.Sebutkan sifat-sifat bangun ruang balok!
       

   4.Sebutkan sifat-sifat bangun ruang kubus!



   
Lampiran 3  Kunci jawaban
Kunci jawaban LKS
1.Balok
2.Kubus
3.*Terdapat 3 pasang sisi yang sama luas
   *Terdapat 3 pasang sisi yang sejajar
   *Terdapat 3 pasang rusuk yang sama panjang
   *Terdapat 3 pasang rusuk yang sejajar
4.*Terdapat 6 sisi yang sama luasnya
   *Terdapat 3 pasang sisi yang sejajar
   *Terdapat 3 pasang rusuk yang sejajar
   *Keduabelas rusuknya sama panjang.
Kunci jawaban soal evaluasi
1.b
2.a
3.c
4.b5.Kebijaksanaan guru.


















                                                  











Tidak ada komentar:

Posting Komentar